//]]>

Karena Tidak Semua Orang yang Melintas Berpandangan Sama!

Topeng Dan Kehidupan Serba Pura-Pura: Sebuah Ironi Kehidupan Orang Dewasa

Topeng via unsplash.com


Seiring perjalanan waktu, akan ada saat dimana kita tidak dapat mengatakan apa yang ingin dan tidak ingin kita lakukan. Kita hanya melakukan rutinitas dan beranggapan bahwa sekan-akan kehidupan yang kita jalani masih normal dan baik-baik saja. Padahal, kita sedang tidak baik-baik saja.

Namun, itulah kehidupan "normal" orang dewasa. Ada hal-hal yang tidak dikatakan, meski itu sebenarnya harus. Sebuah ironi yang terus dijalani oleh orang dewasa. Berbeda sekali dengan anak kecil.

Begitu pula dengan mereka yang mendengar. Terkadang mereka hanya mendengar apa yang mereka ingin dengar saja. Sisanya tidak penting. Anda tahu seperti apa itu.

Akhirnya tibalah waktu untuk mengatakan bahwa kita tidak tahan lagi dengan semua ini. Layaknya sebuah film yang terus menerus mengulang-ulang adegan yang sama. Sialnya pula, kita merasakan bahwa dunia telah berhenti berputar sejenak.

Bukan hanya dunia Anda, tapi juga dunia orang-orang di sekeliling kita. Kita selalu berbicara tentang hal yang sama dan orang yang sama. Percakapan yang seolah-olah baru, akan tetapi semua itu hanya membuang waktu dan energi. Tidak bermanfaat.

Pada saat yang bersamaan kita masih saja mencoba membuktikan bahwa hidup masih menarik. Dan anehnya, semua orang mencoba mengendalikan ketidakbahagiaannya masing-masing. Bukan hanya saya dan Anda, tetapi mungkin saja orang yang berada di samping Anda saat ini. Hanya saja mereka tidak menunjukkannya.

Lihatlah di sekitar kita! Ada senyum yang ditunjukkan untuk menutupi luka dan penderitaan. Ada emosi yang sebenarnya berlawanan dengan keadaan yang sebenarnya. Dan Anda tahu, Anda tidak sendirian. Banyak orang di luar sana dengan masalah serupa, yang semuanya berpura-pura bahwa hidup berlangsung normal.



Anak-anak vs Dewasa
Setelah usia tertentu, kita mulai mengenakan topeng percaya diri. Lambat laun topeng itu akan melekat erat di wajah dan kita tidak dapat menanggalkannya lagi. Kita ingin menunjukkan bahwa itu memang kita, walaupun pada saat yang bersamaan itu semua hanyalah serba pura-pura. Pura-pura yang permanen.

Sebagai kanak-kanak, kita belajar bahwa jika menangis, kita akan menerima kasih sayang. Bahwa jika menunjukkan kita sedih, kita akan dihibur. Kalau kita tidak dapat memperoleh apa yang kita inginkan dengan senyuman, kita dapat meraihnya dengan sebaliknya, air mata.

Tetapi, sekarang suasananya sungguh berbeda. Kita sudah dewasa (atau merasa dewasa, tepatnya). Kita tidak dapat lagi menangis dan menunjukkan perasaan-perasaan itu, kecuali di kamar mandi ketika tak seorang pun mendengar. Kita juga tidak tersenyum kepada orang lain kecuali pada anak-anak kita. Kita tidak menunjukkan perasaan-perasaan kita karena orang-orang mungkin berpikir kita rapuh dan mengambil keuntungan dari kita.

Kita takut menunjukkan itu semua. Sebaliknya, kita menjalani kehidupan yang penuh dengan kepura-puraan yang sangat menjemukan.

Tidur adalah obat terbaik.

Wallahu A'lam Bisshawab.





P.S: Terinspirasi dari Adultery, oleh Paulo Coelho (2014).

Updated: 18 Maret 2018 11:15 PM.
Share on Google Plus

About Lintasanpenaku

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment