Setiap orang perlu
hiburan. Rehat sejenak, break, keluar dari rutinitas atau
kejenuhan. Mencari sesuatu yang baru demi sebuah semangat, demi produktivitas
dan kualitas hidup. Ya, hiburan dapat meningkatkan kualitas hidup Anda.
Percayalah. Karena itulah, maka tercipta istilah "hiburan". Hiburan tak perlu sesuatu yang mewah atau waktu yang lama. Cukup luangkan waktu sejenak. Entah dengan melihat-lihat pemandangan yang bagus, mendengar musik, menonton sesuatu yang lucu, stand up comedy misalnya, mendengar joke, atau bahkan dengan "menciptakan" hiburan itu sendiri.
Menciptakan suasana agar hati menjadi senang juga merupakan bagian dari hiburan.
Bila mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi tiga, hibur/hi·bur/ v, menghibur/meng·hi·bur/v mempunyai pengertian menyenangkan dan menyejukkan hati yang susah; melipur. Sedangkan hiburan/hi·bur·an/ n adalah sesuatu atau perbuatan yang dapat menghibur hati (melupakan kesedihan dan sebagainya).
Menghibur diri
Pada suatu ketika,
ketika sedang menyeruput segelas sanger di warung kopi sambil mengobrol renyah,
tiba-tiba seorang teman diam sejenak dari obrolannya. Tak lama kemudian, dia
bilang begini, "hidup ini terkadang terlalu singkat kalau tidak dinikmati.
Ketika keadaan sudah tak lagi berjalan dengan keinginan, ya nikmati itu.
Carilah hiburan atau hiburlah diri. Karena diri kita juga perlu untuk
dihibur".
Betul. Menghibur diri.
Anda tak salah baca dan dengar. Kala itu, saya belum paham akan ucapannya.
Lambat laun, setelah beberapa saat perbincangan, saya akhirnya mengerti akan
kata "menghibur diri". Yaitu, menciptakan suasana agar diri terhibur.
Hiburlah diri anda dengan sesuatu. Luangkanlah waktu anda untuk diri anda
sendiri. Menikmati waktu. Kalau bukan anda, siapa lagi yang akan menghibur?
Ketika anda melihat
seseorang yang suka ketawa dan hampir jarang sekali dia menampilkan
kesedihannya, bisa saja luapan emosinya ia curahkan dengan tertawa. Begitu juga
ketika ada yang menertawakan atau membuat orang lain tertawa, bisa saja dia
sedang kalut. Dia hanya sedang menghibur dirinya sendiri. Tak perlu orang lain
tahu. Dia terhibur kala anda ikut tertawa dengannya. Dia tidak sedang meratapi
nasib, dia tertawa untuk dirinya sendiri. Menghibur diri. Sesuatu yang abstrak
kalau kita belum paham akan esensi dari hiburan.
Jangan anda kira orang
yang tertawa itu sudah senang sekali. Bahagia sekali hidupnya. Tertawa
terus. Tertawa itu bukan serta merta sudah bahagia, bisa jadi dia sedang
terhibur kala itu. Terhibur dengan adanya guyonan. Dia "menetralkan"
energi negatifnya dengan tertawa. Kalau tidak, bisa jadi dia akan stress. Dia
sedang menikmati setiap perjalanan hidupnya dengan penuh
"penerimaan".
Begitu juga sebaliknya,
orang menangis itu belum tentu sedih. Terkadang, ketika kesenangan sudah
melewati kadarnya, air mata jadi luapannya. Adakalanya, senyum dan air mata
hanyalah salah satu cara meluapkan isi hati. Bedanya pun setipis kulit ari.
Di Aceh ada istilah
"klïék klïék khêm". Menangis menangis tertawa. Ketika sedang
menangis, bisa bisa dia juga tertawa di saat yang bersamaan. Sebaliknya, ketika
sedang tertawa, dia menangis. Dua kegiatan yang terjadi dalam sekali waktu.
Dalam pada itu,
hormatilah orang yang sedang tertawa atau menghibur diri mereka sendiri.
Nikmatilah setiap candaan dan tertawaan mereka. Ikut tertawalah bersama mereka.
Mereka tertawa untuk mereka sendiri. Ketika kita juga terhibur, ya syukur.
Kalau tidak, jangan terpancing emosi. Kita tidak sedang bermain film laga,
cukup dinikmati saja seraya bergumam dalam hati, "mungkin dia perlu
hiburan".
Menikmati hidup
"Jangan tunggu
orang menghiburmu. Menunggu tak seasyik menuliskannya. Dirimulah yang
bertanggungjawab atas diri dan hiburanmu. Ciptakan momen-momen agar dirimu
rileks dan tak lagi terbebani", teman saya menambahkan.
Nah, ketika tubuh, hati
dan pikiran sudah sejalan atau isitilah kerennya "sinkron", maka ketika
itulah anda akan merasakan betapa hidup ini harus terus disyukuri dan dijalani
dengan sebaik-baiknya. Sisanya serahkan pada Sang pemilik semesta, Allah.
Dengan begitu, kalau
pun belum bahagia sekarang, setidaknya kita sudah ikhlas menjalani kehidupan ini.
Karena beban terbesar itu bukan terletak pada beban itu sendiri, beban terbesar
terletak pada pikiran kita.
Terkadang, kita perlu
tertawa atau sekadar tersenyum bahkan di saat guyonan tak lagi lucu. Karena
tertawa bukan saja karena lucu, tapi juga karena kita butuh hiburan. Hiburlah
diri Anda sendiri.
![]() |
Menghibur diri via YouTube.com |
0 comments:
Post a Comment