Banyak
sudah orang yang terperangkap dengan kata konsisten. Mereka hanya konsisten
dalam berbicara. Sedangkan dalam bertindak belum mencerminkan konsisten.
Lantas, seperti apa konsisten itu? Kenapa begitu banyak orang yang gemar
mengucapkannya dan seakan punya daya tarik magis disitu. Sehingga, lawan
bicaranya atau pendengarnya menjadi kikuk ketika ada yang bilang konsisten?
Berbicara konsisten, tidaklah mudah mendefinisikannya
jika kita belum konsisten dalam mewujudkannya. Konsisten itu
terpatri dalam tindakan, bukan ucapan. Lha, lagi-lagi
ada kata “konsisten”. Konsisten itu adalah sebuah tindakan yang terus-menerus
dilakukan, “keep doing”. Tidak plin plan alias istiqamah. Bila merujuk ke Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), kon·sis·ten berarti;
1 tetap (tidak berubah-ubah); taat asas; ajek; 2 selaras; sesuai. Dalam pada
itu, ada juga yang namanya dengan kon·sis·ten·si yang berarti
ketetapan dan kemantapan (dalam bertindak); ketaatasasan. Lawannya adalah
inkonsistensi.
Apabila kita belajar menulis, misalnya, menulis itu
sendiri adalah hal yang harus terus dilakukan agar bisa menulis.
Kita mesti setia pada proses yang sedang kita jalani, yaitu terus menulis dan
terus belajar. Nah, tindakan yang tiada henti
atau terus menulis adalah konsisten.
Jika ditelisik lebih lanjut, banyak hal yang dapat, bisa
dan berhasil dilakukan jika ia konsisten. Konsisten itu sendiri lahir dari yang
namanya sebuah “komitmen”. Kenapa demikian? Karena dengan komitmen suatu
tindakan dapat terus dilakukan. Karena seseorang punya tanggung jawab untuk
melakukan hal itu.
Lantas, timbul pertanyaan, dapatkah konsisten terus
berjalan tanpa adanya komitmen? Jawaban saya adalah “tidak”. Bagaimana mungkin
sesuatu bisa dilakukan terus menerus jika kita tidak mempunyai ‘sesuatu’, baik
alasan atau tujuan untuk diraih. Sungguh, komitmen itu lahir dari dalam diri
manusia yang terdalam.
Bisa saja seseorang mengatakan bahwa “saya berkomitmen menjaga perdamaian di Aceh”. Akan
tetapi, pada kenyataannya ia sendiri yang merusak perdamaian, sadar atau tidak.
Bukankah itu sebuah kontradiksi untuk mencari simpati yang dipertontonkan
melalui omongan. Sebab, komitmen itu tidak saja tentang landasan
seseorang dalam mewujudkan konsistennya, ia bisa jadi menjadi perkara “moral” dari pelakonnya. Ia tidak terlihat atau tertulis dengan jelas, namun ia hadir seterang mentari
di siang hari.
Konsisten via |
Konsisten dalam Berbenah
Selama
bertahun-tahun kita telah terbiasa melakukan hal-hal yang itu-itu saja. Dan,
celakanya kita seperti merasa benar atau membenarkan yang biasa itu. Kita mengalami
kejumudan dalam kehidupan. Kita merasa berat untuk move on. Padahal, bisa jadi ada sesuatu diluar sana yang lebih
menarik dari apa yang kita lakukan sekarang ini. Ini bukan perkara benar atau
salah saja. Ini mengenai melakukan hal-hal baru agar alam nalar kita kembali
bekerja sesuai dengan titahnya.
Konsisten
dalam sebuah keburukan itu celaka. Kita terus memproduksi dan mereproduksi
kesalahan yang sama saban waktu. Kita sadar dengan apa yang kita lakukan.
Tetapi membuang kebiasaan lama itu sulit, walaupun kita sadar betul bahwa hal
baru itu bisa kita lakukan. Butuh usaha ekstra agar perubahan yang lebih baik
bisa terwujudkan. Seperti kata Albert Einstein, “persoalan perubahan yang
dihadapi manusia bukanlah mengadopsi hal-hal baru, melainkan sulitnya membuang
kebiasaan-kebiasaan lama”.
Keluar
dari kebiasaan dan melihat diri kita dari luar kita, terkadang dapat memajukan kita menjadi lebih baik (lagi). Melakukan
hal-hal positif ditengah kehidupan yang serba dinamis dan tidak statis ini.
Dunia terus berubah. Kita pun mesti menyiasati itu dengan bijak. Karena hanya
dengan begitu setiap fase-fase kehidupan yang kita jalani akan terasa bermakna.
Dan akhirnya kehidupan kita akan terasa excited
dan tidak membosankan. Butuh waktu memang, namun tidak ada hal yang tidak
mungkin. Oleh karena itu, konsisten sangat diperlukan untuk memungkinkan hal itu. Wallahu a’lam bisshawab!
Konsisten berawal dari kebiasaan via |
jadi kapan bisa konsisten ngeblognya nih? :D
ReplyDeletekonsistenlah mas jiga ingin sukses :)
ReplyDelete