//]]>

Karena Tidak Semua Orang yang Melintas Berpandangan Sama!

Konsisten

Banyak sudah orang yang terperangkap dengan kata konsisten. Mereka hanya konsisten dalam berbicara. Sedangkan dalam bertindak belum mencerminkan konsisten. Lantas, seperti apa konsisten itu? Kenapa begitu banyak orang yang gemar mengucapkannya dan seakan punya daya tarik magis disitu. Sehingga, lawan bicaranya atau pendengarnya menjadi kikuk ketika ada yang bilang konsisten?
Berbicara konsisten, tidaklah mudah mendefinisikannya jika kita belum konsisten dalam mewujudkannya. Konsisten itu terpatri dalam tindakan, bukan ucapan. Lha, lagi-lagi ada kata “konsisten”. Konsisten itu adalah sebuah tindakan yang terus-menerus dilakukan, “keep doing”. Tidak plin plan alias istiqamah. Bila merujuk ke Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kon·sis·ten berarti; 1 tetap (tidak berubah-ubah); taat asas; ajek; 2 selaras; sesuai. Dalam pada itu, ada juga yang namanya dengan kon·sis·ten·si yang berarti ketetapan dan kemantapan (dalam bertindak); ketaatasasan. Lawannya adalah inkonsistensi.
Apabila kita belajar menulis, misalnya, menulis itu sendiri adalah hal yang harus terus dilakukan agar bisa menulis. Kita mesti setia pada proses yang sedang kita jalani, yaitu terus menulis dan terus belajar. Nah, tindakan yang tiada henti atau terus menulis adalah konsisten.
Jika ditelisik lebih lanjut, banyak hal yang dapat, bisa dan berhasil dilakukan jika ia konsisten. Konsisten itu sendiri lahir dari yang namanya sebuah “komitmen”. Kenapa demikian? Karena dengan komitmen suatu tindakan dapat terus dilakukan. Karena seseorang punya tanggung jawab untuk melakukan hal itu.
Lantas, timbul pertanyaan, dapatkah konsisten terus berjalan tanpa adanya komitmen? Jawaban saya adalah “tidak”. Bagaimana mungkin sesuatu bisa dilakukan terus menerus jika kita tidak mempunyai ‘sesuatu’, baik alasan atau tujuan untuk diraih. Sungguh, komitmen itu lahir dari dalam diri manusia yang terdalam.
Bisa saja seseorang mengatakan bahwa saya berkomitmen menjaga perdamaian di Aceh”. Akan tetapi, pada kenyataannya ia sendiri yang merusak perdamaian, sadar atau tidak. Bukankah itu sebuah kontradiksi untuk mencari simpati yang dipertontonkan melalui omongan. Sebab, komitmen itu tidak saja tentang landasan seseorang dalam mewujudkan konsistennya, ia bisa jadi menjadi perkara “moral” dari pelakonnya. Ia tidak terlihat atau tertulis dengan jelas, namun ia hadir seterang mentari di siang hari.
Konsisten via www.jantoo.com
Konsisten dalam Berbenah
Selama bertahun-tahun kita telah terbiasa melakukan hal-hal yang itu-itu saja. Dan, celakanya kita seperti merasa benar atau membenarkan yang biasa itu. Kita mengalami kejumudan dalam kehidupan. Kita merasa berat untuk move on. Padahal, bisa jadi ada sesuatu diluar sana yang lebih menarik dari apa yang kita lakukan sekarang ini. Ini bukan perkara benar atau salah saja. Ini mengenai melakukan hal-hal baru agar alam nalar kita kembali bekerja sesuai dengan titahnya.
Konsisten dalam sebuah keburukan itu celaka. Kita terus memproduksi dan mereproduksi kesalahan yang sama saban waktu. Kita sadar dengan apa yang kita lakukan. Tetapi membuang kebiasaan lama itu sulit, walaupun kita sadar betul bahwa hal baru itu bisa kita lakukan. Butuh usaha ekstra agar perubahan yang lebih baik bisa terwujudkan. Seperti kata Albert Einstein, “persoalan perubahan yang dihadapi manusia bukanlah mengadopsi hal-hal baru, melainkan sulitnya membuang kebiasaan-kebiasaan lama”.

Keluar dari kebiasaan dan melihat diri kita dari luar kita, terkadang dapat memajukan  kita menjadi lebih baik (lagi). Melakukan hal-hal positif ditengah kehidupan yang serba dinamis dan tidak statis ini. Dunia terus berubah. Kita pun mesti menyiasati itu dengan bijak. Karena hanya dengan begitu setiap fase-fase kehidupan yang kita jalani akan terasa bermakna. Dan akhirnya kehidupan kita akan terasa excited dan tidak membosankan. Butuh waktu memang, namun tidak ada hal yang tidak mungkin. Oleh karena itu, konsisten sangat diperlukan untuk memungkinkan hal itu. Wallahu a’lam bisshawab!
Konsisten berawal dari kebiasaan via mikebellafiore.tumblr.com
Share on Google Plus

About Lintasanpenaku

    Blogger Comment
    Facebook Comment

2 comments: