//]]>

Karena Tidak Semua Orang yang Melintas Berpandangan Sama!

Menulis Ketika Pikiran Buntu



Ide banyak, tapi buntu ketika akan ditulis via imperomedia.com


Tulisan ini saya buat ketika pikiran saya sedang buntu. Sebelum duduk di depan laptop, saya punya seabrek ide untuk “dimuntahkan” dalam tulisan. Namun, alam berbicara lain. Saya bingung mau menulis apa, bagaimana dan mesti dimulai darimana?
Untuk itulah, kali ini saya “harus menulis, apa pun itu”. Akhirnya, saya menuliskan tentang kebuntuan, kebuntuan dalam menulis. Dalam hal ini, saya tidak ingin menyalahkan siapa-siapa dan saya tidak akan berlaku demikian. Wajar kan kalau tiba-tiba saja tanpa sebab yang jelas, ide yang tadi seliweran di kepala bisa hilang seketika. Sama seperti orang yang merasakan waktu hening, meski di dalam keramaian. (Baca juga: waktu hening).
Sebenarnya, saya sedang menasehati diri sendiri; seorang penulis itu ya menulis, tidak peduli dalam situasi apa pun. Karena satu hal yang pasti: sebuah tulisan tidak akan pernah jadi tulisan kalau tidak pernah ditulis.
Dalam pada itu, kebuntuan yang saya alami sekarang ini “ternyata” bukan saya saja yang mengalaminya. Saya ingat-ingat kembali, sekelas penulis handal pun punya “kelemahan” yang satu ini. Dalam dunia tulis menulis, hal ini disebut dengan ‘writer’s block’, kebuntuan penulis.
Lantas, “writer’s block’ itu berbahaya tidak? Sebelum saya menjawab itu, saya hanya ingin bilang bahwa saya sedang buntu sekarang. Bagaimana saya harus menjawabnya? Begini, kita berdamai sajalah ya. Kita sama-sama belajar dari sebuah “kebuntuan”. Terkadang, ada saat-saat dimana kita, saya khususnya, punya banyak ide dan cerita yang ingin disampaikan. Tetapi, dalam prakteknya saya kehilangan “ide” tersebut. Sebenarnya, kalau dipikir-pikir, ide itu sebenarnya tidak hilang, melainkan ‘ngumpet’ entah dimana. Kalau tidak segera “ditangkap” dan dituliskan, ide itu bisa “menguap” dalam alam entah. Itu dia bahayanya. Ide itu mahal, lho!
Seseorang yang lain bertanya, “bagaimana cara mengatasi writer’s block itu?”, pertanyaan ini pernah juga saya ajukan kepada penulis senior di hari yang lain di tahun yang berbeda. Mungkin, akan ada pertanyaan yang sama saban harinya ke depan. Pertanyaan yang sama yang kan terus diulang-ulang. Sudah, Anda enggak usah heran. Sudah lumrah, “manusiawi” kata orang. Sebagai pengingat untuk orang yang lupa, pengayaan bagi yang sudah tahu dan pembelajaran bagi yang baru tahu.
Beda orang tentu beda cara dalam mengatasi hal ini. Salah satunya ya…. Teruslah menulis, meski itu “blank, blank, blank, dan blank”, buntu, buntu, buntu, dan buntu. Seperti tulisan ini, misalnya. Cara ini saya dapatkan di dalam kelas menulis di kampus beberapa tahun lalu.
Setelah beberapa kalimat atau mungkin paragraf selesai ditulis, bisa jadi ide tadi muncul kembali. Semacam pemanasan dan flash back atau proses mengingat kembali dengan cara menulislah istilahnya. ketika ide itu nongol lagi, ya secepatnya ditulis. Jangan sampai kabur lagi.
Ketika sebuah ide muncul, maka tuliskanlah. Sesegera mungkin. Dalam media apa saja. Seorang penulis ya harus siap dengan segala peralatannya. Apa itu pena, pensil, kertas; kalau lebih canggih lagi ya bisa di hape, tablet, laptop, dan bla bla bla (silahkan isi sendiri…hehehe). Karena, bisa jadi, ketika anda sedang dalam keadaan siap dan berapi-apinya untuk menulis, tiba-tiba apa yang anda pikirkan tadi hilang dan tidak tahu mesti nulis apalagi. Tetapi, ketika anda sedang tidak memikirkan untuk menulis, bisa saja ide tersebut muncul. Ketika berjalan, baru keluar kamar atau rumah, misalnya. Saat-saat yang singkat itulah anda harus meluangkan waktu untuk menuliskan apa yang sedang anda pikirkan, di media apa saja, seperti yang saya sebutkan tadi, sebelum ide itu hilang. Nah, ketika anda punya waktu yang lebih leluasa, maka di sanalah anda meneruskan ide tersebut menjadi sebuah tulisan yang utuh, ide yang dijabarkan.
Anda harus bersyukur, pikiran anda tidak hilang, “hanya” ide. Maka tulislah apa yang anda pikirkan, jangan pikirkan apa yang ingin anda tuliskan. Sederhana memang, seperti yang pernah anda baca atau anda dengar sebelum-sebelumnya, namun butuh latihan agar menjadi mumpuni dalam menerjemahkan “pikiran” tersebut ke dalam bentuk tulisan. Medianya bisa dimana saja, tergantung Anda dan tempat anda berada.
Seperti tulisan ini, misalnya. Saya sedang menulis tentang “kebuntuan” yang harus saya tuliskan. Anda sudah baca, kan judul tulisan ini? Betul, judulnya “Menulis Ketika Pikiran Buntu”. Saya memang benar-benar sedang “buntu” ketika menulis kolom ini. Beneran, jujur. Bedanya apa? Saya tidak berhenti sampai di situ, di kebuntuan itu. “Pokoknya saya harus menulis sekarang, apa pun hasilnya nanti”, begitu gumam saya tadi ketika pertama kali melihat layar kosong melompong tanpa kata. Lalu, saya mulai menulis judulnya dulu. Saya edit lagi, edit dan edit lagi. Baru kemudian saya mulai ‘curhat’ tentang kebuntuan itu. Kuncinya, menulislah, meski itu buntu. Dalam sebuah buku tentang kepenulisan disebutkan—saya tidak ingat lagi judulnya apa-- “tulislah, meski itu blank, blank, blank, dan blank”. Dan saya sedang mempraktekkan hal itu. Maka, jadilah tulisan ini.
Satu hal yang patut anda ingat, kebuntuan itu terkadang bukanlah akhir dari sebuah perjalanan seorang penulis kalau anda bisa memutarnya menjadi sebuah tulisan tentang “kebuntuan”.

Terima kasih sudah membaca kolom tentang kebuntuan pikiran saya dalam menulis. Semoga bermanfaat dan anda bisa memutar haluan agar tidak buntu (lagi). Wallahu a’lam bisshawab!
Share on Google Plus

About Lintasanpenaku

    Blogger Comment
    Facebook Comment

4 comments:

  1. Wah, hebat mantap. Pikiran tidak hilang, hanya "ide". Seperti kata bijak, ikatlah pengetahuan dengan menuliskannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yap, betul by Azhar. Dengan menulis ide dan sekaligus pengetahuan tidak akan lari. Justru makin terasah dan lekat. :D

      Delete
  2. Sangat memotivasi bagi saya yang merasa selalu kebingungan untuk mulai menulis sesuatu.
    Oleh sebab itu saya berkomentar seperti ini, agar memancing intuisi dalam ide menulis.
    terima kasih atas tips di balik kebuntuan yang mas rasakan.
    Happy blogging (y)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yap, bagus mas. Kira2 begitulah cara memancing intuisi menulis yg telah saya praktekkan.
      Smoga bermanfaat dan teruslah menulis!
      Smngat! :D

      Delete