Loh, kok.....????? via nypost.com |
Belakangan ini kita
sering “kebanjiran” hal-hal aneh. Aneh dalam artian yang memang benar-benar
aneh, berbeda dari kebanyakan atau hanya sekadar cari sensasi. Sebelumnya,
pernah saya tulis tentang menjadi kontroversial, yaitu berbuat sesuatu yang
“aneh” dengan maksud tertentu. Apakah itu untuk mencari ketenaran atau memang
hobinya seperti itu. Atau bisa dibilang dengan kata lain, nyeleneh.
Aneh itu berbuat sesuatu
tidak seperti biasanya, tidak lazim alias ganjil. Anda tentu sudah mafhum kalau
ada orang tertentu yang hobinya memang membuat sensasi. Katakanlah seperti anggota
DPR yang “beradu mulut” di ruang sidang kala rapat dengar pendapat. Parahnya,
ada yang naik ke atas meja, bahkan membalikkannya. Kan aneh namanya kalau ada “pemimpin”
yang dipilih secara demokratis “mempertontonkan” ketidakpatutan sebagai “wakil
rakyat”.
Ada juga yang mudah
terprovokasi dengan isu yang “sensitif” tanpa sempat berpikir jernih dan mempertimbangkan
kembali dari berbagai sudut pandang. Hingga, jadilah orang tersebut “menelan”
mentah-mentah apa yang diisukan. Seolah-olah perihal tersebut adalah benar. Tidak
ada penyaringan dalam menerima informasi. Selanjutnya, ada juga orang yang suka
dengar “omong kosong”. Walau yang dibicarakan adalah “kosong”, tapi sebagian
menganggapnya “berisi”. Hal ini kita dapati ketika kampanye pemilu tahun lalu.
Bahkan, mungkin terjadi hampir setiap ajang pesta demokrasi itu berlangsung. Benar-benar
aneh, kan?
Dalam pada itu, ada juga orang
yang suka keluar dari “mainstream” atau kebiasaan. Biasanya orang ikut tren. Nah, dia malah tidak “tergoda” untuk
ikut membicarakan itu. Karena dalam benaknya ia tahu, “sebenarnya ada yang memainkan
isu, makanya jadi tren”. Keluar dari kebiasaan bisa disebut juga sebagai aksi
kreatif, “out of the box”. Dengan cara yang “tidak biasa”, --kata orang-- “manusia
kreatif” ini justru dapat menemukan sesuatu yang lain yang orang lain tidak
sempat memikirkannnya. Hanya karena mereka terlalu sibuk mengikuti tren.
Tergantung
dari sisi mana kita melihatnya.
Di suatu daerah di
Afrika, ada tangga nada lagu yang berawal dari si, la, so, fa, mi, re, do.
Kebalikan dari kita yang berawal dari “do, re, mi, fa, so, la, si”. Akan
tetapi, tangga nada yang dihasilkan juga sangat asyik, tidak kalah dengan kita.
Di belahan dunia lain, di suatu toko obat, di Cina atau Tiongkok, ada tabib yang
memberikan pengobatan Cuma-cuma alias gratis kepada yang sakit. Sebaliknya, kalau
kita sehat baru kita bayar. Artinya, kita membayar “kesehatan” kita.
Kedua perumpaan di atas adalah
“pemandangan” yang tak biasa di tempat kita. Kita sudah biasa mendengar nada
lagu selalu berawalan “do”, bukan “si”. Kita juga terbiasa membayar obat yang
kita tebus di toko obat atau apotek ketika kita sakit, bukan kala kita sehat.
Pemandangan yang tak
lazim di atas adalah hal yang berbeda dengan kita. Mungkin akan menjadi suatu “keanehan”
kalau kita terapkan di daerah kita. Karena berbagai faktor yang ikut
mempengaruhinya. Oya, satu contoh lagi yang mungkin sudah familiar dengan kita.
Orang India selalu menggelengkan kepala kala mereka setuju atau mengerti tentang
sesuatu. Hal ini kebalikan dari kita yang selalu mengangguk kala setuju dan
menggelengkan kepala kalau tidak setuju atau tidak mengerti. Lantas, ini aneh atau hanya berbeda?
Bila kita perhatikan
secara seksama, anggukan adalah pertanda benar. Sebaliknya, menggeleng juga
bisa berarti benar. Nah, jangan lupa bahwa ide brilian apapun yang kita punya atau dengar, kebalikannya bisa jadi juga benar. Wallahu a’lam bisshawab!
Jadi, aneh itu tergantung dari sudut pandang yang melihatnya ya, Bang Marcel?
ReplyDeleteYap, benar bg citra. Aneh dalam artian berbeda dr kebiasaan mesti dihadapi dgn bijak. Jangan asbun. betul begitu,bg cittra? :D hehe
DeleteBenar2 berbeda ini artikel. Tapi tidak aneh, justru menarik disimak. :D
ReplyDeleteTrimakasih, mas bro!
DeleteSmoga smakin menarik yaaaa :D