//]]>

Karena Tidak Semua Orang yang Melintas Berpandangan Sama!

Setelah Bermimpi, Lalu Apa? (Karena Mimpi Saja Tidak Cukup)




Mimpi memang gratis, namun mewujudkan mimpi menjadi kenyataan itu tidaklah gratis. Ada harga yang mesti dibayar. Karena mimpi itu tidak bakal jadi kenyataan hanya karena kita memimpikannya. “It’s a hard work that makes things happen, you should pay for something worthy”. Suatu usaha yang tidak mudah untuk mewujudkannya, Anda harus membayar untuk sesuatu yang bernilai/berharga”. Meski yang dibayar tidaklah semata-mata dengan uang.

Seorang teman menambahkan, “Usaha itu wajib, yang diiringi dengan doa dan sabar”.

Memang, di alam mimpi, semua hal bisa terwujud. Mau jadi presiden, konglomerat, atau buruh dan karyawan, tidak jadi soal. Layaknya “om Jin” dalam serial “Jinny oh Jinny” beberapa waktu lalu di sebuah tv swasta. Atau bisa dengan tiga permintaan kepada jin dalam lampu, setelah digosok-gosok, dalam film “Aladdin: negeri 1001 malam”. Atau, jangan-jangan jin pun hanya akan mengabulkan permintaan si tuan setelah dibilang “wani piro?”, seperti dilakonkan dalam sebuah iklan.

Hidup ini tidaklah sepenuhnya seperti di alam mimpi. Ada fase-fase kehidupan yang mesti dijalani demi tujuan tertentu. Raihlah mimpi itu dan jadilah pembuat mimpi menjadi kenyataan, bukan sekadar pemimpi.


Berani bermimpi adalah perihal yang berani, mewujudkan mimpi itu adalah sikap seorang ksatria. Mimpi, kalau dikaji-kaji, adalah bentukan alam pikiran yang sering diidam-idamkan. Sehingga, timbullah kata, nanti terbawa mimpi.

Maka benarlah mereka yang berkata demikian. Sebab, sesuatu yang diimpikan akan mempengaruhi alam bawah sadar kita. Lantas, apakah kita mau mewujudkan mimpi itu atau tidak?

Bersebab demikian pula, Paulo Coelho, penulis “The Alchemist”, pernah bilang: Apakah Anda dibayar untuk mewujudkan mimpi orang lain atau Anda akan membayar harga dari mimpi anda. Pilihan ada di tangan Anda.


Bahasa asing
Pernah suatu ketika, guru saya, ustadz Fauzan berkata begini,”kalau kamu bisa mimpi dalam bahasa Inggris atau Arab, maka kamu sudah bisa kedua bahasa tersebut”. Kala itu, saya dan teman-teman seangkatan memang sedang menempuh pendidikan dengan lingkungan bahasa Inggris dan Arab. Tidak diperbolehkan berbahasa selain ke dua bahasa itu.

Dan kira-kira setahun kurang tiga minggu setelah itu, saya melapor kepada guru tersebut bahwa semalam saya bermimpi dalam dua bahasa tersebut. Betapa senangnya saya ketika itu. Beliau menambahkan semangat saya, “nah, kamu sudah bisa bahasa Arab dan Inggris. Belajar lebih tekun, kelak bisa keluar negeri”.

Selanjutnya, yang bermimpi naik mobil mewah sekelas porche, Ferrari atau Lamborghini, tak ada yang mempersoalkan. Toh, wajar-wajar saja, namanya juga mimpi. Yang jadi soal adalah bagaimana bisa naik mobil mewah kalau sampai siang bolong masih mimpi?


Mengenal diri
Dalam sebuah hadits disebutkan, “man ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa rabbahu”. Barang siapa yang mengenal dirinya, maka ia telah mengenal Tuhannya. Sekarang, yang jadi pertanyaannya, diri sendiri saja belum kenal, bagaimana mungkin bisa mengenal Allah? Terlebih orang lain.

Lebih lanjut, mengenal diri juga berpengaruh besar terhadap kemampuan pribadi. Dengan mengenal potensi yang ada pada diri sendiri, kita akan tahu kemana kaki semestinya melangkah. Apa yang patut dan tidak. Hal ini juga dinamakan dengan visi. Untuk mewujudkan visi itu, kita mesti punya misi, strategi. “Tambah satu lagi, fokus pada apa yang ingin diraih”, timpa Makmur --teman saya-- di sela-sela ngopi. Suka atau tidak, perjalanan mesti dilanjutkan.

Karena sukses bukanlah hasil semata, sukses adalah “continuous journey”, tak pernah berakhir. Karena dengan proseslah karakter dan kepribadian kita akan terbentuk. Karakter seorang pemenang, bukan seorang pengeluh, apalagi pecundang.





Sumber gambar:butnowwhat.com
quotes.lifehack.org
 m.trusper.com

Share on Google Plus

About Lintasanpenaku

    Blogger Comment
    Facebook Comment

2 comments:

  1. Nice mas bro.. Apalagi ngutip omongan si temanmu itu, hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha..... Thanks, bro. Sering-sering ajaa yaa "si teman" itu bilang-bilang petuah, apalagi kalo sering ditraktirin kopi. :D

      Delete