Teruntuk Anda yang akan segera wisuda, atau mereka yang
merasa terancam gegara wisuda. Inilah sepenggal kisah yang pernah singgah di
pematang sawah bernama kuliah.
Hampir, hampir saja saya memakai baju toga itu. Baju yang melambangkan kebesaran
ilmu orang yang memakainya. Menjadi dambaan setiap insan yang mengecap ilmu di
perguruan tinggi mana pun. Karena itu adalah sebuah prestise dari puncak pencapaian ilmu di sana.
Dalam pada itu, mendapat sebuah pengakuan dari pusat
peradaban dan ilmu pengetahuan bahwa tahapan melahap ilmu sudah selesai pada tahap itu, di kampus itu. Pemakai baju
toga itu akan mencari lebih banyak lagi ilmu di mana pun ia berada dan
menyebarkannya. Karena itulah hakikat dari seorang berilmu.
“Dengan pakaian serba rapi ditambah dasi, tidak lupa
pakai topi berbentuk prisma, semakin
menambah “kegantengan” seseorang”, begitu kata kawan
saya tempo hari. Ketika tali topi
yang berada di satu sisi disampirkan oleh rektor ke sisi lainnya, serasa dunia lain baru saja
dibuka. Menandakan kita harus terus berpindah ke alam baru, alam sesungguhnya.
Menjadi agent of change. Menemukan jalan
lain dalam bermetamorfosis menuju individu yang lebih baik (lagi). Lalu
berkembang menjadi kelompok, khalayak dan masyarakat luas. Sehingga
terbentuklah generasi yang mumpuni dalam tatanan dunia.
Kerumunan orang mengisi halaman gedung megah itu. Mencari
karib kerabat yang diwisuda pada hari yang telah
termaktub. Tersikut tidaklah mengapa,
asalkan mereka bertemu kerabat yang dituju.
Potret
Lalu sesi pemotretan dimulai. Para fotografer saling
lomba merebut hati sesiapa
yang lewat,
dengan “nyanyian
merdu”
khas masing-masing. Mulai dari tampilan frame
menawan, font mengikat, space nama khusus, lengkap dengan latar
yang memesona. Harga tawar pun beragam. Jika sekadar “numpang mejeng” akan dikenakan biaya sekian
per sekali jepret pakai
kamera pribadi. Pernah
saya lihat, lima ribu per jepretnya. Tak jarang, ada juga yang bermurah hati
tanpa biaya, alias free.
Lebih banyak foto tentu akan bertambah nominal uang yang
akan dikeluarkan.
Kalau foto disitu dikenakan biaya 25 ribu hingga
50 ribu per fotonya. Hasilnya dapat diambil sebelum ashar di
depan mesjid raya Baiturrahman. Semua pilihan diserahkan kepada pengunjung. Begitulah pemandangan yang terlihat kalau wisudanya di ibukota provinsi
Aceh.
Namun, bila isi kantong terbatas, cukuplah memotret yang
gratis-gratis saja. Hal itu bisa dilakukan dengan menaiki panggung penyerahan
plakat sarjana di dalam gedung bagian dalam. Dimana tulisan selamat kepada para
wisudawan/ti dituliskan disana dalam spanduk 10 meter lebih. Hasilnya pun ala
kadarnya. Berada dalam satu potret dengan orang lain yang juga melakukan hal
yang sama menjadi konsekuensinya. Ujung-ujungnya olahan di
komputer dengan fasilitas
photoshop atau yang sejenis menjadi pilihan wajib
sebelum naik cetak.
Papan Bunga
Di sepanjang jalan dekat gedung pagelaran wisuda itu
terpampang beragam papan bunga bertuliskan ucapan dari beragam nama pula,
lengkap dengan institusi atau lembaganya. Tak
kurang, dari perseorangan pun bertebaran. Diantara
sekian banyak papan bunga yang berjejer di samping gedung, sebuah papan bunga yang
terletak di sudut paling kiri, menarik sepasang bola mata saya untuk ikut
bersamanya. Pun, mereka “dipaksa” membaca sederet kata yang melekat di sana.
“Selamat wisuda my
Sweet Heart”, begitu ejaannya. Dari nama yang tertera di sana, pikiran saya
langsung tertuju pada sebuah wajah. Wajah seorang teman yang diwisuda hari itu.
Lelaki “beruntung” yang mendapat ucapan selamat dari pujaan hati.
Ah, tak usah
Anda tanya siapa dia. Cukup saya dan siapa yang lihat saja yang tahu. hehe... Sebuah gambaran apresiasi dari seorang kekasih. Saya jadi berpikir, andaikan foto mereka juga terpampang di
sana, tentu itu akan lebih mirip seperti acara wedding, pesta perkawinan. Lalu banyaklah orang yang akan memberi
ucapan selamat, double degree. Ucapan selamat wisuda sekaligus selamat
berbahagia bagi pasangan tersebut.
Akhirnya, selamat wisuda teman-teman. Semoga ilmu yang
diperoleh selama ini bisa menjadi solusi sebuah peradaban di masa mendatang.
Tetaplah berbakti untuk negeri. Dan bagi yang belum atau akan segera wisuda,
selamat berjuang. Toga bakal Anda pakai. :D
Sumber gambar: www.harianjogja.com
Postingannya semi-semi galau gitu ya, sepertinya ada curhat terselubung :D
ReplyDeleteHahhhaaha....
DeleteItu ceritanya pas lg terancam bg, blom wisuda. Skrg, alhamdulillah ga terancam lg. :D
Kali ajaa ada terancam yg baik2 lg ke depan. :D
Bisa jadi bisa jadi. Tp pemilihan kata2 nya bagus
ReplyDelete@Ismi wisudana: Hehe, Thanks yaaaa :D
DeleteMakasih udh brkunjung.
Semoga sukses dengan ancaman yang indah-indah ke depannya ya... :D Selamat berjuang!
ReplyDeleteAmiiin.
DeleteSmoga akan ada ancaman indah itu :D
Thanks yaaak, :D
Bagus .....
ReplyDeleteThanks, anty :D
Delete