Tema ini muncul ketika saya melihat surat lamaran salah
seorang mahasiswa yang baru lulus kuliah,
fresh graduate, beberapa tahun silam. Begitu banyak lulusan yang berbondong-bondong mencari kerja begitu lulus kuliah. Mencari informasi kerja atau sekadar "melempar" lamaran pun dilakukan guna mendapatkan teman hidup bernama "kerja".
Sebagaimana lazimnya, orang kuliah bertujuan untuk mendapatkan ijazah, disamping
ilmu. Ada juga yang mengatakan bahwa dapat ilmu lebih berarti
dan lebih penting ketimbang ijazah saja. Lantas,
timbullah pertanyaan, memilih kuliah untuk
ijazah atau ilmu? Atau bisa dua-duanya?
Mari
bertanya pada masing-masing kita, bukan pada rumput yang bergoyang. Jika ijazah sudah didapat, sudah
mumpunikah keilmuan kita? Jangan-jangan
ijazah hanya selembar kertas tanpa sebuah pertanggungjawaban.
Itu yang kita takutkan, dan saya percaya bahwa Anda jauh dari dugaan yang tidak
benar itu.
Orang berilmu
Di sisi lain, mungkin kita sama-sama tahu bahwa orang
berilmu lebih mudah mendapatkan kerja, bahkan kerja mencarinya, karena ia
memang pantas mendapatkannya. Namun, ada hal yang menarik untuk kita simak
disini. Ada yang berpendapat bahwa ketika
kita ingin mencapai tingkatan yang lebih tinggi, ijazah dipertaruhkan. Kalau tidak
punya ijazah, kita akan stagnan di situ-situ
saja dan otomatis karir tidak akan berkembang.
Beberapa
rekan saya mengakui dan mengeluhkan hal itu. Meski ia memiliki kemampuan di
atas rata-rata, karena sering baca buku sekaligus terlibat dalam berbagai
kegiatan yang ia tekuni, namun ia terhambat dengan persyaratan akademik untuk mendapatkan
beasiswa atau menduduki jabatan tertentu, misalnya. Kita dituntut untuk memiliki ijazah, disamping kemampuan
yang sesuai dengan ijazah yang dipegang.
Dalam pada itu, melihat keadaan kita dan dunia sekarang ini, orang yang
tidak punya gelar tinggi pun bisa sukses. Selain faktor "modal" dan 'warisan", sukses juga bisa ditempuh dengan cara berbeda. Tentunya dengan tantangan, jalan dan waktu yang tidak singkat. Asalkan
jangan berharap sukses melalui jalur akademik dan birokrasi yang serba monoton berbelit-belit. Banyak cara
untuk sukses. Nah, sukses yang dicari. Bukan
kerja. Karena kerja akan mencari orang yang sukses dan ulet serta handal dalam
bidangnya. Setelah jatuh bangun ke sekian kalinya, kita akan bangkit dan berjaya
suatu ketika. Asa dan tekad tanpa menyerah
yang mesti dijaga. Dan sukses itu adalah
perjalanan, bukanlah tujuan. Sehingga, sukses itu tidak ada batas dan habisnya.
Karenanya, orang akan terus mencari kesuksesan itu.
Pengalaman
Kembali kepada persoalan di atas. Dalam mencari kerja,
setiap insan dituntut untuk memiliki pengalaman dalam bidangnya serta bidang
yang diminati ketika melamar. Nah, jika kita hanya berpaku pada kuliah saja yang
monoton, tentu pengalaman itu akan kita dapatkan setelah kuliah selesai.
Ada hal menarik di sini, ketika tamat kuliah kita tidak
perlu mencari kerja, akan tetapi kerja akan mencari kita alias menawarkan
dirinya. Tentunya, kita mestilah “muncul” agar
terlihat oleh mereka yang mencari kita. Yang biasa-biasa saja sudah “beleyak”,
mengutip kata kawan-kawan blogger di GIB, yang artinya sudah tersebar banyak.
Kita tidak perlu jauh-jauh menyiapkan surat permohonan
hingga ke tetek bengeknya yang sedemikian rupa. Kita hanya perlu DEDIKASI dan LINK yang luas dalam mencapai tujuan itu.
Di samping itu, etika dan cara kita berkomunikasi atau
berdiplomasi --istilah
kerennya--
akan lebih menentukan kita sukses dalam menggapai impian tersebut. Menakjubkan
bukan? Lalu apa yang seharusnya kita lakukan?
Kuliah dan Link
Saya teringat dengan materi yang diberikan oleh salah
seorang nara sumber ketika acara diskusi publik di kampus sekitar
empat tahun lalu. Kala itu, kebetulan, saya juga termasuk dalam panitia pelaksananya. Saya
ingat betul apa yang disampaikan oleh pemateri. Kami disuguhkan dengan pembicaraan tentang orang sukses.
Seorang
mahasiswa tidak hanya tahu teori dan rumus berhitung, ia mesti juga aktif berorganisasi
--kenal dengan orang-orang dan membangun jaringan—selama kuliah. Artinya seimbang, jangan salah kaprah dan terlalu
kesamping atau berat sebelah. Jangan hanya kuliah saja, namun situasi dan
problema sekitar kita tidak tahu. Bukan cuma kuliah yang terlalu monoton tanpa berkenalan atau membangun sebuah
jaringan. Karena dengan jaringan itulah kita bisa hidup dan beradaptasi serta
berimprovisasi. Nantinya kita juga akan mudah dalam mencari lapangan kerja.
Jadi, tidak perlu terlalu risau dengan kerja.
Karena ia akan hadir seiring dengan
dedikasi,
kredibelitas, dan professionalitas yang kita bangun.
Di lain sisi, jika hanya organisasi saja tanpa kuliah yang
jelas tentu juga akan merugikan diri sendiri. Arena dunia kerja sekarang ini
butuh ijazah sebagai pembuktian keilmuan kita. Meskipun hal itu hanya sekadar syarat, namun jika dihitung-hitung dengan kondisi
kita saat ini, tentu akan sangat berpengaruh.
Relasi yang kuat, namun tidak tahu mau ditempatkan dimana
tentu menjadi persoalan tersendiri. Semestinya posisi kita lebih menguntungkan dengan ada
ijazah. Akan tetapi, karena tidak ada ijazah, posisi itu akan ditempati oleh orang lain. Lha, kita hanya mendapat jatah yang bawah-bawah saja. Tidak
mau kan?
Semoga
kita bisa meraih itu. Semoga semangat itu tetap terjaga di saat riuh rendah,
kadang tinggi, terpaan angin cobaan dan godaan di perjalanan. Semoga keinginan untuk menciptakan dan menggapai itu semua
bisa terwujud. Dengan usaha, sabar dan tawakkal. Semangat menggapai impian. Apapun itu, tidak ada hal
tidak mungkin di dunia ini.
Semoga
bermanfaat! :D
*First draft @Syiah
Kuala, Banda Aceh, Selasa (31 Juli 2012)
Sumber gambar:
www.davegranlund.com
www.davegranlund.com
anegm88.blogspot.com
www.iklanutusan.com
Kata 'beleyak' itu kayaknya aku tau siapa yang pernah menuliskannya, ahahahhh.... :p
ReplyDeleteKak @Eky: Haha.... Siapa yaaa?
Delete*pura2 gatau ajaa....
Admin GIB bkan? :p
Bukan saya ya yg mempopulerkannya, haha.
ReplyDeleteDedidikasi dan link, dan satu lagi Mas Bro, fokus. Hehe
@Makmur: yap, not u. Adaa tu admin GIB kayaknya...haha
DeleteOoooo,yaya.... Tambah Fokus. Thanks Mas bro. :D
Wihhh, semangat Mursal. Drop aja lamaran pekerjaan sebanyak mungkin. Tapi jangan asal apply :D
ReplyDelete@cutisyana: Makasih semangatnyaa ya isyana. :D
DeleteYg pntg drop ajaa yaa dl, sesuai minat.
Oya, dsana ada ada lowongan ga, d Italy?
Lamar jd pelajar blh, ato apaa gt....hehe :D
best lesson, even whw have graduate must always renew or upgrade our self,
ReplyDeleteThanks bg @Azhar :D
DeleteWhat u said is absolutely right. Coz everyday is a new day,hehe...