Weird, unhappy, worry, itu memang sudah sepatutnya. Ketika ada suatu persoalan dan kamu tidak
bisa dengan mudahnya menyelesaikan hal itu, ya wajar-wajar saja. Toh, itu sifat aslinya manusia. Yang
tidak dibolehkan adalah berlarut-larut dalam hal yang demikian. Semua ada
saatnya, dan semua ada batasnya.
Ketika kuketikkan kata “happy”, aku teringat
dengan perbincanganku dengan seorang karib tempoe waktu. Ketika itu, kita lagi
asiknya membahas tentang “doing something”, dan aku bertanya. “Are you happy to do
this?”. Seakan natural, hal itu mengalir saja dari mulutku. Pada saat yang
bersamaan, aku teringat bahwa aku pernah mengikuti mediation training bersama Michael Bourjik. Seorang mediator
sekaligus trainer international berkebangsaan Belanda. Konsep yang ditawarkan
adalah happy. Ketika tidak ada paksaan yang terjadi, itulah yang dinamakan
dengan kerelaan. Ketika sesuatu dilakukan dengan tanpa keterpaksaan,
kebahagiaan itu akan muncul.
Sejenak, aku ikut merenung.
Betapa bahagianya seseorang apabila ia bisa melakukan hal yang patut tanpa
kehilangan rasa “happy” dan “rela”. Ia akan terus melakukan hal itu, karena passion-nya ada di situ, pada hal yang
ia lakukan. Walaupun tidak terlalu menghasilkan dalam bentuk materi, namun ada
kepuasan dan kebahagiaan disitu. Saya kembali teringat dengan sebuah kalimat,
“ketika kamu menemukan hal yang memuaskan batin dan membahagiakan hatimu,
seakan kamu tidak dalam keadaan bekerja atau melakukan sesuatu dalam tekanan.
Melainkan kebutuhan”.
Sumber gambar: echwaluphotography.wordpress.com
Benar bang.
ReplyDeleteSurga sekali jika kita mengerjakan pekerjaan yang kita cintai :)
Iyaa karl. Sesuatu yg dikerjakan dgn senang hati dan tdk terpaksa, kita akan lupa waktu. Seolah2 kita tdk sdg bekerja. :D
DeleteThanks, kunjungannya, karl! :D