Belakangan ini nama “citra”
hampir saban hari kita dengar dan saksikan di ruang dengar atau sekadar menjadi
tontonan di televisi dan kita baca di media cetak/online atau media sosial. Bila
dalam pileg (pemilu legislatif) lalu kita sering mendapati kata “pencitraan”
untuk para calon legislatif di kursi DPR RI, DPRD Propinsi dan DPRD
kabupaten/kota, kini kata itu kerap ditampilkan pula dalam ajang pemilihan
presiden.
Kata “citra” semakin seksi saja untuk
digaungkan dalam tahun ini. Selain sebagai komoditi yang dapat menaikkan
rating, hal ini juga dipercaya oleh sebagian kalangan dapat menarik hati para
konstituen untuk melabuhkan pilihan politiknya pada orang tertentu.
Dalam pada itu, ada “citra” yang
benar-benar seksi. Sebut saja, Bunga Citra Lestari. Artis yang sukses
membawakan sejumlah lagu hits dan kerap memenangkan piala “citra” pula. Pelantun
lagu “Sunny” ini punya suara khas dan talenta yang baik dalam bidang nyanyi. Bahkan,
pada tahun 2012 yang lalu, B Citra L—untuk menonjolkan citranya, saya sengaja
tidak menyingkat namanya menjadi BCL, seperti kebanyakan, hehe—sukses menyanyikan
“cinta sejati” sekaligus memerankan Ainun dalam film “Habibie & Ainun”.
Namanya kian tenar saja.
Di belahan bumi yang lain, saya
mengenal Citra Rahman (CR). Dia tidak “seksi”, dia seorang lelaki tulen yang
hobinya berpetualang. Petualangannya sudah kemana-mana. Ke negeri Jiran –Malaysia—dan
Gajah –Thailand—sudah pula dijamahinya. Bahkan ia menasbihkan namanya sebagai BCC,“Backpacker Cilet-cilet”. Ia menulis tentang travelling di webnya hananan.com. Selain itu, dia juga anggota Komunitas Gam Inong Blogger. Dalam
keseharian olahraga lari merupakan pilihannya. Saya tidak mengenalnya melalui
televisi, melainkan di Komunitas Gam Inong Blogger dan berjumpa langsung pertama sekali di Episentrum Ulee Kareng. Kala itu ada pemutaran Film
Jerman yang difasilitasi oleh Tikar Pandan. Orangnya asik dan energik. Belakangan,
kami juga sudah berteman baik, setelah beberapa kali pertemuan.
Siapa tahu, setelah saya menulis
tentang B Citra L, saya bisa berjumpa dengannya sekaligus berteman baik seperti
saya berteman dengan Citra Rahman. Siapa tahu, hehe... Anda doakan sajalah. Siapa
tahu pula, saya bisa masuk tv, seperti kata teman saya, walaupun sebenarnya
masuk televisi bukanlah impian saya,hehe...
Citra bukanlah realitas
Pada dasarnya, citra adalah
sesuatu yang dibuat-buat dan direkayasa. Ia bukanlah realitas. Citra bukanlah Engkau, melainkan "sebagaimana
Engkau ingin dibayangkan", begitu
ungkap Amarzan Loebis (Tempo.co, 6/3/2014). Ia Butuh skenario dan
rencana yang sedemikian rupa. Perlu tolak ukur angka –survey--, agar
terpasarkan dengan baik. Sehingga, kita bisa saja tertipu dengan “penampakan”
tersebut.
Karena hampir seluruh masyarakat
Indonesia punya televisi, pencitraan seringkali muncul disitu. Beragam bentuk
polesan ditampilkan. Di televisi, ada yang suka memperhatikan rakyat kecil. Ada
yang memberikan bantuan sembako. Ada juga yang ikut “merakyat” dalam kegiatan
sehari-hari. Demikian juga halnya “penggambaran” diri yang lebih, bahkan ikut
menyindir dan merendahkan lawan politiknya.
Saya tidak menyalahkan atau
menyerapahi sikap yang demikian, asalkan masih dalam koridor, kenapa tidak. Meski
tidak selamanya pencitraan dapat mendongkrak popularitas seseorang, namun ,terkadang,
karena “citra” seseorang dapat “gambar” di benak masyarakat.
Kita lihat saja misalnya efek
Jokowi. Di tingkat desa saya misalnya. Hampir tak ada yang tidak tahu Jokowi. Seorang
Gubernur Jakarta –yang juga sudah dicapreskan oleh PDIP menjelang pileg--yang
terkenal dengan terobosan “blusukannya”, meskipun disebut bukan pertama kali
dilakukan di Indonesia, namun orang-orang mengenal Jokowi karena sering muncul
di televisi dan koran.
Sekilas, dapat dipahami bahwa
citra itu tidak selamanya benar. Untuk melihat suatu berita, tentu kita butuh
penalaran yang benar. Agar tidak salah melihat dan menimbang suatu cerita, pembuktian
terbalik dari hasil pencitraan seyogianya dapat dilakukan. Misalnya, kalau yang
ditampilkan adalah orang yang ramah dan sering ngobrol dengan rakyat kecil,
kemungkinan orang tersebut berperilaku sebaliknya di dunia nyata. Sehingga, dengan mengetahui realita dibalik jelmaan citra, kita tidak menerima “bulat-bulat”
apa yang disuguhkan oleh media pencitraan.
Berbeda dengan citra yang sering
ditampilkan oleh kontestan politik, Bunga Citra lestari (BCL) dan Citra Rahman (CR), misalnya, hingga saat ini, sudah
terbukti ahli di bidang nyanyi dan main film atau berpetualang—Backpacker-- dan menulis cerita
perjalanan di web pribadinya. Sehingga tidak salah bila kita ikut memberikan
apresiasi atas keduanya terhadap pencapaian yang telah mereka raih selama ini. Semoga ke depan karir mereka semakin cemerlang.
Dan
untuk para kontestan politik, kita patut menimbang dan memberikan porsi yang
sesuai dengan apa yang telah mereka sumbangkan dan proses apa yang telah mereka
jalani hingga bisa seperti sekarang ini. Tidak berlebihan, apalagi sampai menerima “mentah-mentah”
apa yang dicitrakan. Sehingga, kita memang memilih mereka dengan rekam-jejak
yang bagus, bukan karena direkayasa.
Sumber gambar: kupang.tribunnews.com
Postingan ini bertabur kata-kata 'Citra; hampir di sepanjang tulisan, tapi tak menjelaskan makna kata 'Citra' menurut KBBI, hehee..
ReplyDeleteBut nice post. asliiiii
Hehe... Emang disengaja kak. Ikut mencitrakan BCL n CR tanpa KBBI. Krna yg ada KBBI nya lg ngantri postingannnya kak, biar ga double ntar.
Delete:D
Haha, keren2. Saya harap kalian bertiga jumla di satu kesempatan. Amiin.. :D
ReplyDelete@Makmur Amiiin.... Smoga yaaa....
DeleteThanks bro :D
Jumpa (maksudnya)
ReplyDelete@Makmur ayooo kita jumpa. Ngopi dan poh cakra :D
Deletekami mau lah minta tanda tangan para citra itu :D
ReplyDelete@Bee Ayooo... Sini-sini!
DeleteBawain fotonya yaaa... Biar ditandatangani,hehe
Thanks udh berkunjung, datang2 lagi yaa...hehe