“Buat apa hidup kalau tidak punya kisah?”.
Begitu kata teman saya, ketika
kami duduk dan berbincang-bincang tempo hari di sebuah warung kopi di sudut
kota Banda Aceh. Hidup berarti menjalani sebuah cerita. Kisah kehidupan. Setiap orang punya kisah berbeda dalam hidupnya. Baik
buruknya, yang menjalanilah tentu lebih tahu.
Pun tidak bisa disamakan, bila
mana kisah itu berlainan waktu, orang, tempat dan perihal lainnya. Karena semua
itu sedikit banyak akan berefek beda pada masing-masing individu. Yang dapat
diambil pelajaran adalah bagaimana seseorang bisa survive dengan keadaan itu. Bagaimana ia menyelaraskan dirinya
dengan keadaan dan mengalami proses yang sedemikian rupa sehingga ia berhasil.
Atau setidaknya punya pengalaman dalam kehidupan yang ia jalani itu.
Selaku pendengar budiman, tentu
bukan hanya mendengar. Lebih dari sekadar pasang indera dengar. Begitu pula
dengan pembaca setia. Tentu tak cuma membaca dan berakhir dengan “titik” atau end. Selesai. Ada lesson learnt dari apa yang didengar dan dibaca. Itulah yang
dinamakan dengan pembelajaran, belajar dari pengalaman. Pengalaman bukan saja
bisa hanya kita yang mengalaminya, orang lain pun boleh menjadi acuan pembelajaran
kita.
Memang, tidak semua pengalaman
bisa diambil dan dijalani sepenuhnya. Layaknya adegan film laga yang usai
cerita lantas penonton mempraktekkannya di kehidupan nyata. Tidak sepenuhnya
benar. Ada bagian-bagian yang telah direkayasa sedemikian rupa dan disunting,
lalu disuguhkan kepada penonton.
Di kehidupan nyata, ada
bagian-bagian yang sangat krusial, berlainan kondisi dengan kehidupan para
penikmat --bukan sekadar dengar atau lihat-- cerita. Nah, adaptasi dan
modifikasi sesuai kehidupan yang dijalani itulah yang sangat perlu. Bukan taking for granted, taklid buta.
Saya pernah mendengar orang yang
mengatakan bahwa jadi pewaris itu gampang, semuanya sudah ada. Bisa jadi Anda pun
pernah mendengar hal itu, bahkan turut mengamininya. Tinggal menjalaninya saja.
“tinggai peuabeh-abeh mantoeng”,
tinggal menikmati saja. Tidak seperti orang yang memulai
dari nol.
Orang yang memulai dari nol harus banting tenaga --untuk tidak
mengatakan banting tulang-- dan bekerja lebih keras lagi di atas rerata orang. Memulai
dari hal kecil dan remeh temeh hingga dapat mendulang kesuksesan suatu ketika. Ada
rasa puas bila kita bisa naik peringkat. Tahap demi tahap. Dari usaha kecil,
sedang, menengah, menengah atas, hingga menjadi besar.
Namun, pendapat di atas dibantah
oleh orang lain. Dengan dalih, mengelola aset yang telah ada dan
mempertahankannya akan sangat sulit bila ia tidak mengerti, tidak bisa atau tak
mau ngerti, belajar. Sebagian justru berdalil bahwa mempertahankan itu sulit. Melebihi
dari sekadar mencari dan mendapatkan.
Sekilas, memang tampak sepele dan
gampang. Bila saja sang pewaris tidak dapat “benar-benar terwarisi” dengan
warisan tersebut, maka dapat diprediksi bahwa hartanya akan segera ludes dalam
waktu yang tak tertera. Duh!
Orang yang memulai kehidupan
dengan serba ada akan sangat berbeda dengan mereka yang mencarinya dengan cara
ia sendiri. Begitu pun tantangannya. Kita tidak bisa serta merta menyalahkan
atau menyudutkan satu pihak di ats pihak lainnya. Ada sebuah “cerita” berbeda
yang kita dapatkan. Beda orang, tentu beda kisah. Cara penyampaian, isinya atau
bahkan hasilnya. Karena perbedaan itu adalah rahmat, itulah yang menjadi acuan
kita.
Tergantung kita, mau melihat dari
sisi mana kisah tersebut. Berkenan menerima perbedaan sebagai sikap positif
atau sebaliknya. Anda lebih tahu. Karena kisah sebagai pertanda bahwa kita
hidup. Berbeda? Wajar.......!
Sumber gambar: theatreroyal.bandcamp.com
Nice posting, salam kenal ya, :-)
ReplyDeleteTrima kasih.....
DeleteSalam kenal jg dr saya.
Trimakasih udh brknjg :)
Daleemm maknanya :)
ReplyDeleteHehehe.....
DeleteSmoga brmanfaat!
Trimakasih atas apresiasinya.... :)
setiap orang memiliki kisah hidup. bedanya sebagian menuliskan cerita mereka, sebagian lain tidak. sebagian survive, sebagian tidak.
ReplyDeletenice post, bang!
:D
Haha....betul kal. Kayaknya boleh ditambah ni komennya k dalam postingan.
DeleteBtw, thanks kal!
Salam kenal.
ReplyDeleteSaya suka dengan kalimat ini:
"Orang yang memulai kehidupan dengan serba ada akan sangat berbeda dengan mereka yang mencarinya dengan cara ia sendiri. Begitu pun tantangannya. Kita tidak bisa serta merta menyalahkan atau menyudutkan satu pihak di ats pihak lainnya."
Semestinya kita memang tidak membuat dikotomi atas persepsi sebelah mata. Nice posting. :)
Trimaksih bg,udh berkunjung. Seharusnya memang bgtu, Smoga kita dpt trus menebarkan hal2 positif n tetap smgt.
DeleteThanks bg, smoga ke depan lbh berkenan dgn isinya. Hehe
sok tau, ya itu jelas kata yang sangat berbeda makna dengan memahami,, lantas apakah kita memahami atau malah sok tau dalam mengambil persepsi terhadap nilai hidup orang lain,,
ReplyDeleteYap, betul itu mas bro. Jangan sampai krna persepsi kita yg keliru akan memberi arti hidup yg berbeda thdp org laen, dluar dr keinginnya.
Delete