Berharap
terkadang menyakitkan. Terlebih, jika yang diharapkan adalah ketidakpastian.
Bisa-bisa Anda akan jatuh pingsan atau stress karena tidak habis pikir, hehe...
Dan, yang pasti, Anda akan kecewa.
Pasalnya,
misal, setelah Anda capek-capek membantu teman yang sedang dilanda kesusahan. Eh,
tau-taunya setelah dia sudah bisa berdikari dan sukses, jangankan untuk diminta
bantu, menoleh pun dia tak sudi. Tegur sapa juga tak pernah lagi.
Mungkin,
Anda akan kecewa. Karena terlalu berharap pada orang yang telah Anda tolong.
Berharap pada suatu saat dia akan balik menolong Anda pada waktu Anda butuh. Nyatanya,
tidak sama sekali. Jauh dari harapan.
Anda
mungkin pernah diberitahu oleh teman Anda untuk berharap yang baik-baik saja,
bahwa semua akan seperti yang Anda idamkan. Sementara kemungkinan terburuknya
tidak pernah diberitahu. Mungkin, ia tidak ingin Anda kecewa.
Sejak
saat itu, Anda akan terus berharap untuk mendapatkan apa yang Anda inginkan.
Sebuah keinginan yang besar bahwa sesuatu yang Anda kehendaki akan tercapai.
Maka,
dapat Anda maklumi bahwa para kontestan pemilu begitu berharap agar mereka
dapat memenangkan hati rakyat. Begitu pula mereka yang menyokong dana kepada
para kontestan. Mereka berharap agar modal yang telah dikeluarkan akan kembali,
bahkan berlipat, begitu pesta demokrasi usai. Demikian juga halnya dengan
mereka yang sikut-sikutan dan saling menjatuhkan. Sama-sama berharap agar bisa
melampaui yang lain dan menang pada akhirnya.
Padahal,
mungkin, mereka juga tahu bahwa tidak semua yang mereka harapkan akan terjadi.
Mereka akan kecewa. Atau, jangan-jangan mereka menutup mata dan telinga
rapat-rapat dan tidak pernah memikirkan hal yang sebaliknya, agar tidak kecewa
dari sebuah pengharapan.
Berandai-andai
Memang,
berharap akan membuat hidup Anda akan penuh dengan impian, bahwa segala yang
Anda inginkan akan tercapai. Namun, hal yang demikian tidak sepenuhnya benar.
Ada harapan yang memang tidak bisa terkabulkan dan terwujudkan. Misalnya saja,
berharap bahwa masa muda akan kembali suatu waktu. Berandai-andai, tamanni. Tidak mungkin akan terjadi.
Sampai kering air mata pun tidak akan pernah bisa.
Mungkin
Ketika
saya lagi merasa tertekan dan galau , mungkin juga Anda, orang-orang di
sekeliling saya akan memberi semangat. Bahwa selalu ada harapan bagi mereka yang
berharap.
Alasannya,
sebuah harapan akan menjaga kita agar tetap hidup. Bayangkan saja, kalau
harapan untuk hidup tidak ada, bisa-bisa kita akan mati sebelum waktunya. Saya telah
mempraktikkannya dan tidak meragukan hal itu.
Namun
demikian, mungkin, kita pun tahu pasti bahwa kemungkinan harapan itu tidak akan
terwujud bisa saja terjadi. Dengan kata lain, tak selamanya segala sesuatu akan
sesuai dengan harapan Anda.
Bisa
jadi, dengan terlalu berharap, kita akan memikul beban yang tidak sedikit.
Hidup tidak akan tenang karena terus kepikiran yang tadi itu. Suatu ketika,
teman saya menasehati begini:“Jangan
terlalu berharap, bisa-bisa nanti kamu kecewa. Lebih baik, jalani saja dan
terima apa adanya. Dengan begitu hidup gak ada beban dan kamu akan tenang”.
Tahun
lalu, ada sebuah lembaga survey yang ingin mencari tahu persepsi masyarakat akan
pemilu 2014 yang sebentar lagi dihelat. Saya tahu dari seorang teman, yang
kebetulan sebelumnya pernah menjadi surveyor-nya,
peserta survey. Saya minta tolong kepada dia agar saya dapat didaftarkan untuk
menjadi salah satu surveyor-nya.
Harapan
saya, dengan diterima disana, saya akan punya pengalaman dalam sebuah survey,
yang notabenenya adalah salah satu tools
dalam penelitian yang ingin saya geluti nantinya, di samping honor yang patut.
Selang beberapa lama kemudian, saya akhirnya diberitahu bahwa kuota peserta
survey sudah penuh. Dan saya tidak jadi dipanggil.
Lantaran
saya sudah duluan diberitahu agar tidak terlalu berharap, akhirnya saya tidak terlalu
kecewa. Hari-hari pun saya lewati sebagaimana biasanya. Tanpa melihat ke hp
sebentar-bentar, menunggu datangnya telepon atau sms. Tanpa terlalu sering
mengecek e-mail dan pesan FB, berharap dikirim pesan kesana. Ataupun pergi ke
kediaman teman saya, menanyakan jawabannya.
Untuk
batas waktu yang telah ditentukan pun saya tidak terlalu menggubrisnya.
Seminggu setelah itu, baru saya tanyakan lagi perihal survey tersebut, karena
penasaran. Saya sudah bisa menebak, kalau saya tidak diterima.
Maka
dari itu, saya sadar bahwa dengan tidak terlalu berharap akan membuat hidup
saya lebih tenang.
Mungkin,
tidur Anda tidak nyenyak, pikiran melayang, makan dan minum pun tidak puas, hati
apalagi. Sebab Anda tengah berharap sebuah jawaban. Baik dari tempat kerja yang
Anda idam-idamkan, pengumuman seleksi beasiswa ke luar negeri, atau jangan-jangan
sebuah jawaban dari orang yang Anda nanti-nantikan,hehe...
Ketika
Anda terlalu berharap, kemana-mana akan terus memikirkan hal itu saja. Di ruang
yang tenang pun Anda tidak tenang. Apalagi di dalam keramaian, Anda masih saja
merasa sendiri. Saking asik memikirkan yang itu tadi. Wah, kacau.
Dalam
pada itu, sepatutnya kita sadar bhwa harapan akan selalu berujung kepada dua
arah. Kepastian atau sebaliknya, ketidakpastian. Menggembirakan atau
mengecewakan. Bisa jadi iya, bisa jadi tidak.
Seharusnya,
sejak lama saya sudah paham akan bagian ketidakpastiannya dari sebuah harapan.
Dan, kemungkinan saya akan hidup lebih tenang dengan menerima apa adanya.
Karena terlalu berharap itu ga enak. Dan saya tidak mau itu. Mungkin, dengan
begitu saya bisa lebih bahagia. Mungkin.
Dan,
semoga saja, saya bisa hidup lebih bebas tanpa merasa terikat dan terbebani
dengan yang namanya terlalu berharap. Saya akan lebih merasakan nikmatnya hidup
dengan tidak terlalu mempersoalkan apa yang akan terjadi di kemudian hari. Tentunya,
selalu berdoa kepada Allah, setelah usaha, sabar dan tawakkal. Menyerahkan
segala sesuatunya kepada pemilik harap, bukan kepada makhluk. Jangan terlalu
cemas, jalani saja. Berharap yang terbaik, dan menerima segala kemungkinan yang
terburuk dengan lapang dada. Semoga....
:D
Sumber gambar: www.imgalau.com
kalau berharap sama seseorang yg kita cintai, bagaimana? :D
ReplyDeleteBoleh-boleh saja, asal dia juga cinta kita.haha
DeleteYang penting,kita sadar, bahwa berharap ada dua kemungkinan. Sehingga ga bakalan stress,hehe
Setuju bg @Ichwan?
Walopun teorinya g boleh terlalu berharap..pada kenyataannya susah ngilangin kebiasaan kayak gini. At least for me :D
ReplyDeleteBtw..mira juga pernah mosting yg serupa *mendadak promosi :D
virtual-mee blogspot.com/2014/01/act-of-kindness-will-lead-us-to.html
Itulah masalahnya Mira, terkadang besar berharap dari sebuah kenyataan. Yaaaah, setidaknya, kita pelan2 mulai sadar bahwa tak semua harap bakal jd kenyataan.
DeleteHehe, silahkan.... Dipromosiin ajaa...
Berharap ada yang mau bayarin perawatan di salon, top to toe :))
ReplyDeleteTinggal dimasukkan ke dalam daftar prioritas para kontestan pemilu kali ini. Dengan dalih, Anda akan menyoblos dia. Kemungkinan, syarat yg Anda tawarkan akan dipertimbgkan,hehe....
Deletehmmm, berharap sekedarnya saja, kalau terlalu berharap ya jadinya kecewa, kullu umuuri awshatuha(pertengahan saja), ibaratnya jgn terlalu cinta atau benci ...saleum meuturi :)
ReplyDeleteYap, betul sekali itu Sist @Meutia.
DeleteSaleum meuturi jg dr saya...
Trimakasih sudah berkunjung!
Datang2 lg yaaaa...hehe.
Saya hanya berharap Anda terus menuliskan hal2 seperti ini. Sangat membantu netralkan pikiran para sarjana yang sedang berharap ini-itu. Ha-ha.
ReplyDeleteHaha... InshaAllah.
DeleteDoakan saja, smoga saya bisa terus memproduksi tulisan2 spt yg Anda harapkan Makmur.
Dan, Smoga Anda tidak kecewa, hehehehe....
Amiiin, semoga benar2 bisa dibukukan kelak.
ReplyDeleteAmiiin....
DeleteThanks Makmur, I try my best!