Barangkali, judul tulisan ini sering menjadi pertanyaan kita dalam
sehari-hari. Bahkan, ada pula yang menambahkan kata "emmm....."
sebelum kata "apa ya?". Hal ini menandakan bahwa kita sedang dalam
keadaan berpikir dan bisa jadi malah berkonsentrasi mencari akar permasalahan
hingga ke solusinya. Mungkin juga, ketika kita kehilangan ide-ide dalam suatu
kondisi. Dan apa yang saya tuliskan sekarang ini juga merupakan sebuah
pertanyaan yang saya utarakan pada diri saya, "apa yang ingin saya tulis
ya?". Sebuah "kebingungan" melanda.
Keadaan ini bukanlah sesuatu yang dramatis untuk lalu saya
ceritakan di sini, yang sebenarnya merupakan sebuah konsepsi dari "terlalu
banyak pikir" tanpa fokus. Sehingga melahirkan "kebingungan"
untuk memilih dan memrioritaskan mana yang paling penting dan harus dikerjakan
segera. Lalu, tanpa berpikir terlalu lama, saya mencoba mengutarakannya dalam
tulisan ini.
Bila pun anda merasakan hal yang sama ketika membaca tulisan ini, adalah hal yang wajar, Humanbeings. Jadi, tetaplah di halaman ini. Duduk manis seraya membaca terus, walau di kemudian anda belum menemukan hal yang anda inginkan. Namun, setidaknya anda telah mencoba beralih dari keadaan yang tidak anda inginkan (saya juga). Itulah proses dari berpikir kritis mengubah stagnansi menjadi diri anda sendiri dengan segala konsekuensinya.
Bila pun anda merasakan hal yang sama ketika membaca tulisan ini, adalah hal yang wajar, Humanbeings. Jadi, tetaplah di halaman ini. Duduk manis seraya membaca terus, walau di kemudian anda belum menemukan hal yang anda inginkan. Namun, setidaknya anda telah mencoba beralih dari keadaan yang tidak anda inginkan (saya juga). Itulah proses dari berpikir kritis mengubah stagnansi menjadi diri anda sendiri dengan segala konsekuensinya.
Pada keadaan normal, manusia tidak akan selamanya berada pada
suatu keadaan. Keadaan dimana ia selalu bersemangat, bersedih, menangis,
tertawa, berbicara, mendengar, dan lain sebagainya. Kerap kali, seseorang akan
merasa jenuh dengan keadaan yang begitu begitu saja. Ia akan mencari 'keadaan
alternatif" untuk mencapai ketenangan hidup. Bahkan untuk seorang kaya
raya sekalipun, pada suatu ketika ia akan berhasrat untuk menikmati hidup yang
serba biasa. Jauh dari kemewahan, serba ada dan tersedia, serta dan
'kemubadziran". Tinggal masalah waktu saja.
Saya pernah mendengar cerita itu dari seorang dosen dalam diskusi
beberapa waktu lalu. Katanya, di luar sana, semisal US dan Eropa, orang-orang
sudah mulai memikirkan hal-hal yang serba bermanfaat dan jauh dari pengrusakan
alam, lalu kembali ke alam, istilahnya back
to nature. Mereka
sebenarnya orang kaya, yang hampir semua keinginannya bisa terpenuhi.
Namun, nyatanya mereka lebih memilih untuk meleburkan diri ke alam dan ke masyarakat. Mereka menolak segala hal yang merusak lingkungan, baliho besar-besar misalnya. Alasannya itu akan merusak pemandangan alam yang indah. selanjutnya, mereka melakukan 'pemungutan makanan sisa" dari toko makanan di malam hari untuk mendapatkan makan malam. (tobe continued)
Namun, nyatanya mereka lebih memilih untuk meleburkan diri ke alam dan ke masyarakat. Mereka menolak segala hal yang merusak lingkungan, baliho besar-besar misalnya. Alasannya itu akan merusak pemandangan alam yang indah. selanjutnya, mereka melakukan 'pemungutan makanan sisa" dari toko makanan di malam hari untuk mendapatkan makan malam. (tobe continued)
*********sumber gambar: http://konsultanseojakarta.com ***********
0 comments:
Post a Comment