Akhir bulan Juni 2012 yang lalu, sama-sama telah kita saksikan pengukuhan dan sumpah jabatan Gubernur Aceh yang baru, yakni Zaini Abdullah dan Muzakkir Manaf (Selanjutnya disingkat Zikir). Tentunya kita sama-sama berharap di tangan para pemimpin terpilih ini, Aceh menjadi lebih bermartabat dan mencapai kejayaannya. Gebrakan-gebrakan baru dan pemenuhan janji-janji selama kampanye berlangsung dulu tentu menjadi hal yang menarik untuk disimak dan dimonitori selama masa jabatan mereka. Memang bukanlah hal yang mudah dalam implementasinya, akan tetapi bila hal itu dilakukan bersama-sama dengan membangun komunikasi yang baik dengan seluruh elemen masyarakat dalam misi membangun Aceh tentu segala sesuatunya menjadi mungkin.
100 hari menjabat
Seperti periode-periode sebelumnya, hampir setiap pemangku jabatan penting (semisal kepala daerah) akan mencanangkan atau ditantang dalam masa 100 hari jabatan dimana pada masa itu kita akan disuguhkan dengan terobosan-terobosan inovatif dan kreatif dari penguasa yang baru. Memang, tidak semua hal bisa dilakukan dalam seratus hari, akan tetapi setidaknya perubahan ke arah yang lebih baik itu sudah tampak dan muncul ke permukaan dalam masa itu.
Dalam kaitannya dengan bulan puasa kali ini, selain menjadi ujian bagi seluruh umat Islam di segala penjuru mata angin, kiranya ini juga merupakan momen yang tepat dalam menguji kesolidan tekad dan kepiawaian dari orang nomor satu di pemerintahan Aceh sekarang ini. Dalam hal ini, pemerintahan baru ini akan dihadapkan dengan dua ujian sekaligus, jabatan seratus hari dan ujian di bulan puasa.
Bila kita merujuk kepada hakikat dari seratus hari ujian ini, langkah-langkah dan strategi jitu dalam mewujudkan good and clean governance akan sangat diperlukan di sini. Sehingga dalam masa seratus hari, pemerintah Aceh harus berani “unjuk gigi” dan membuahkan hasil.
Ujian Kepemimpinan vs Cobaan Ramadan
Dalam bulan Ramadan kita memiliki tingkatan-tingkatan tertentu dari awal hingga akhir. Sehingga nantinya bila kita lulus ujian dari lapar, dahaga, dan nafsu serta segala yang membatalkan puasa kita akan memperoleh kemenangan. Memang, hari kemenangan (hari Raya) semua akan mendapatinya, akan tetapi hanya orang-orang yang benar-benar menjaga puasanyalah yang akan meraih kemengan yang sebenarnya ketika hari kemenangan tiba. Nah begitu pula halnya dengan pemerintahan kita ini, sama-sama diuji ketangguhannya dalam memimpin nanggroe. Ia akan diuji sejak hari pertama menjabat hingga seratus hari pertama dan seterusnya hingga berakhir masa jabatan. Tidak ada kata mudah dalam mengimplementasikan hal itu dan akan lulus uji. Butuh kesabaran dan keuletan dalam mematangkan diri untuk berbenah dan menerapkan pemerintahan yang bersih dan berkompeten. Pembagian kewenangan hingga pengawasan internal dan eksternal teritorial masing-masing akan semakin memudahkan dan memuluskan perjalanan menggapai kemenangan hingga waktunya tiba.
Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap insan itu perlu persiapan yang matang memasuki bulan suci dan penuh ujian ini. Bila tindak-tanduk kita masih sama seperti sebelum bulan penuh uji ini, hal ini menjadi pertanda buruk dalam menggapai kemenangan. Kita harus berintrospeksi diri terhadap masa-masa yang telah silam, sehingga kesalahan yang sama tak akan terulangi di kemudian hari. Apa yang telah berhasil dan apa yang belum, sehingga kita akan semakin mantap dalam menjalani hidup, roda pemerintahan, dan ujian ini. Setelah itu, improvisasi akan sangat membantu setelah proses introspeksi berlangsung. Sehingga nantinya akan menjadi Aceh yang ulet dan tangguh di mata dunia.
Dalam seratus hari ini, setiap masukan, kritik dan saran yang membangun harus siap diterima oleh pemerintahan ini dengan lapang dada dan mengutamakan hal-hal yang mendesak bagi masyarakat. Pemerintahan ini adalah tumpuan harapan yang akan menyambungkan estafet pemerintahan Aceh ke depan yang akan mengutamakan hak-hak dan kepentingan rakyat banyak, bukan hanya demi kelompok dan kerabat semata.
Bila selama ini di dalam benak masyarakat telah tertanam pola pikir “kerabatisasi” (mengutamakan kerabat)atau “partisasi” (mengutamakan kelompok atau partai), kedua figur pemimpin kita harus bisa mencari solusi untuk meminimalisasinya bahkan menghilangkannya.
Tentunya, pemerintahan kita kali ini bukanlah pemerintahan yang monoton dan terikat dengan tradisi lama yang kurang baik, dan tidak pula terlalu pragmatis dalam mengejar prospek yang bagus dengan mengorbankan hal-hal yang penting dan mendesak. Seyogianya, hal ini dapat diseimbangkan dan diselaraskan dengan tuntutan masyarakat kita sekarang ini.
Setelah gebrakan kunjungan dengan pejabat-pejabat penting negara dan segala elemen berpengaruh lainnya telah dilaksanakan, kita yakin dan percaya bahwa masih banyak gebrakan lain yang akan diperlihatkan kepada kita. Tombak pemerintahan atau kemudi telah dipegang oleh empunya maha kreatif dan inovatif dalam kemajuan dan kemakmuran kita bersama. Merekalah tumpuan harapan kita dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat dan semoga Yang Maha Kuasa Ridha dengan segala keputusan dan kebijakan mereka yang nantinya akan melahirkan pemimpin yang lulus uji dan cobaaan sekaligus di bulan yang penuh berkah ini.
Hari Kemenangan dan Kejayaan
Akhirnya, setelah masa-masa sulit dan penuh cobaan terlewati tibalah saatnya kita menikmati hari kemenangan dan kejayaan kita. Apakah kemenangan dalam artian kemenangan bagi semua kalangan, kita saja, atau bahkan hanya beberapa kalangan dan kelompok kecil saja.
Bila ditinjau dari usaha dan tawakkal kita selama masa ujian dan cobaan berlangsung, setidaknya kita sudah dapat mengukur dan mengira-ngira seperti apakah hasil yang akan kita dapatkan nantinya. Setelah bulan Ramadan berakhir, kita akan berjumpa dengan bulan yang penuh kemenangan, Syawwal. Di sanalah nantinya kita akan berintrospeksi ibadah kita selama Ramadan, apakah sudah sepenuh hati, jiwa dan raga serta tenaga atau sekadarnya saja? Di sanalah kita akan merasa bahagia dan puas hati atau sebaliknya.
Di lain sisi, jabatan yang diemban selama periode tertentu tentu akan mengalami masa klimaksnya. Apakah amanah itu bisa dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan mantap atau menyia-nyiakannya? Apakah mengalami masa kemajuan atau kemunduran? Hal ini akan terlihat sejak masa menjabat dan perjalanan waktu.
Tidak lama lagi, Ramadan akan segera berlalu dan meninggalkan kita menuju hari penuh fitrah, syukur akan kemenangan . Jika kita berharap kemenangan itu kita raih dengan penuh kesenangan dan kepuasan hati maka persiapkanlah diri dengan amalan-amalan yang berarti sebelum masa itu tiba. Bila kita ingin Aceh berjaya dan mendapatkan kemenangan juga, maka tidak ada kata lain selain berusaha dengan segenap hati dan sungguh-sungguh untuk mencapainya. Tidak ada kata terlambat untuk berusaha dan saling mengingatkan sebelum ajal dan hari kemudian tiba. Walaupun pemerintahan kita masih seumur jagung, salahkah kita menaruh harapan besar terhadap pemerintahan kita kali ini? Semoga tidak!
Sumber gambar: atjehpost.com
0 comments:
Post a Comment